Wabah rabies masih menghantui wilayah Bali. Apalagi, belakangan stok vaksin antirabies (VAR) sering kosong. Kemarin (2/4) seorang warga Banjar Bongan

Sabtu, 03 April 2010 ·
Wabah rabies masih menghantui wilayah Bali. Apalagi, belakangan stok vaksin antirabies (VAR) sering kosong. Kemarin (2/4) seorang warga Banjar Bongan Jawa Kawan, Desa Bongan, Tabanan, Ni Wayan Singkrik, menjadi korban meninggal ke-15 di Tabanan.

Pertolongan terhadap perempuan berusia 70 tahun itu terlambat karena kesulitan mendapatkan VAR. Rumah Sakit Tabanan dan RS Sanglah kehabisan stok VAR.

Sekretaris Rabies Center (RC) RS Tabanan dr Gede Sudiartha ketika dikonfirmasi menjelaskan bahwa Singkrik datang ke RS Tabanan Kamis lalu (1/4) sekitar pukul 10.00. Saat itu dia mengeluh panas, lemas, dan sulit menelan. Lantaran diketahui memiliki riwayat tergigit anjing, Singkrik akhirnya dimasukkan ke Ruang Isolasi (Flamboyan) RS Tabanan sekitar pukul 13.30 hari itu juga.

Dalam perawatan, dadong (nenek) dengan dua anak itu menunjukkan gejala baru. ''Muncul gejala hydrophobia. Pasien mulai takut kepada air. Akhirnya dia meningal sekitar pukul 09.30," ujar dr Sudiartha.

Anak angkat Singkrik, Wayan Darmawan, 32, menceritakan bahwa korban digigit anjing pada 2 Februari lalu. Saat itu Singkrik baru pulang dari ladang dan tiba-tiba anjing tetangganya yang biasanya jinak menggigit betis kaki kirinya.

Karena lukanya cukup parah, dia dibawa ke bidan desa dan diobati. Oleh bidan, Singkrik kemudian dirujuk ke RS Tabanan untuk mendapatkan VAR hari itu juga. Sayang, stok VAR di RS Tabanan kosong. Akhirnya, dia dirujuk ke RS Sanglah pada hari itu juga.

Celakanya, di RS terbesar di Bali-Nusa Tenggara tersebut, vaksin antianjing gila itu pun tidak ada. Karena itu, hingga meninggal dunia kemarin, Singkrik belum sekali pun diberi VAR.

Sudiartha menjelaskan, Singkrik termasuk pasien suspect rabies. Untuk membuktikan apakah dia positif terjangkit rabies atau tidak, RS Tabanan sudah mengambil swab kornea, salifa (air liur), dan liquor (cairan otak) dari tubuh Singkrik. ''Sampelnya sudah kami kirim ke Lab Biomolekuler Unud. Tapi, hasilnya masih kami tunggu," ujarnya.

Atas kejadian yang menimpa keluarganya itu, Darmawan pun pasrah. Meski begitu, dia memberikan saran kepada pemerintah agar menangani penyakit rabies tersebut secara serius. Dia mengakui bahwa kekosongan VAR di RS Tabanan (pengadaannya di Diskes Tabana, Red) hingga saat ini menjadi salah satu masalah.

Masalah yang lain adalah terkait dengan langkah eliminasi. Menurut dia, eliminasi yang dilakukan saat ini belum berjalan dengan baik. Saat dilakukan eliminasi, warga mengikat anjing peliharaannya. Namun, setelah eliminasi selesai, anjing peliharaan itu kembali diliarkan.

''Kalau perlu, eliminasi satu generasi. Pelihara anak-anaknya saja dan divaksinasi. Mungkin dengan cara ini, penanganan rabies akan lebih baik," saran Darmawan yang terlihat begitu terpukul atas kejadian tersebut.
Anda sedang membaca artikel tentang Wabah rabies masih menghantui wilayah Bali. Apalagi, belakangan stok vaksin antirabies (VAR) sering kosong. Kemarin (2/4) seorang warga Banjar Bongan dan anda bisa menemukan artikel Wabah rabies masih menghantui wilayah Bali. Apalagi, belakangan stok vaksin antirabies (VAR) sering kosong. Kemarin (2/4) seorang warga Banjar Bongan ini dengan url http://anandanurhadi.blogspot.com/2010/04/wabah-rabies-masih-menghantui-wilayah.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Wabah rabies masih menghantui wilayah Bali. Apalagi, belakangan stok vaksin antirabies (VAR) sering kosong. Kemarin (2/4) seorang warga Banjar Bongan ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Wabah rabies masih menghantui wilayah Bali. Apalagi, belakangan stok vaksin antirabies (VAR) sering kosong. Kemarin (2/4) seorang warga Banjar Bongan sumbernya.
| More

0 comments:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Pengikut

Laman

 

SKY DASHBOARD | Copyright © 2009 - Blogger Template Designed By BLOGGER DASHBOARD