Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa Indonesia menolak adanya hegemoni dalam "new regional architecture" (arsitektur regional baru) yang

Jumat, 09 April 2010 ·
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa Indonesia menolak adanya hegemoni dalam "new regional architecture" (arsitektur regional baru) yang menjadi salah satu bahasan dalam KTT ASEAN XVI di Hanoi, Vietnam.

"Yang jelas, Indonesia menyampaikan kita harus menolak adanya dominasi, kekuatan tertentu di kawasan ini, hegemoni," kata Presiden di Hanoi, Jumat, saat menjelaskan hasil KTT ASEAN yang berlangsung 8-9 April.

Presiden mengatakan, yang diperlukan adalah adanya semacam keseimbangan baru dimana semua saling hormat menghormati, setara dan ASEAN tentunya tetap memiliki peran yang signifikan dalam arsitektur kawasan baru tersebut.

Presiden mengatakan, dua sampai tiga tahun terakhir ini, mengemuka gagasan perlunya membangun "new regional architecture". Sebagai contoh, PM Australia Kevin Rudd mengemukakan gagasan yang disebut "Asia Pacific Community" (Masyarakat Asia Pasifik). PM Jepang menyampaikan pikirannya yang disebut dengan East Asia Community.

Sementara itu Tiongkok mengusulkan format ASEAN+3. "Terhadap ini telah dilakukan serangkaian diskusi pada tingkat Menteri Luar Negeri dan dalam pertemuan puncak ini (KTT ASEAN), pemimpin ASEAN juga mengagendakannya dalam pembahasan yang cukup serius," ujar Presiden Yudhoyono.

Presiden mengatakan, ASEAN tidak boleh reaktif terhadap pikiran-pikiran itu, tapi ASEAN harus punya visi dan posisi. Dengan visi dan posisi ini justru ASEAN tidak reakif, tapi proaktif untuk ikut memikirkan arsitektur regional yang paling tepat untuk kawasan ini di masa mendatang.

Ia mengingatkan bahwa sebelum memikirkan bentuk dari kerja sama kawasan, maka harus dipahami perkembangan dunia di awal abad ke-21. Pertama, setelah krisis perekonomian global terjadi realitas baru bahwa Asia kini menjadi pilar penting dalam perekonomian global. "Arsitektur yang baru juga harus berangkat dari kecenderungan dan realitas itu," katanya.

Kedua, jika memahami geopolitik awal abad 21 ini, maka dunia kembali memiliki sifat hubungan internasional yang multipolar, dengan sejumlah isu-isu global, termasuk perubahan iklim.

Oleh sebab itu, katanya, Indonesia berpendapat sebelum memikirkan regional arsitektur yang baru, ASEAN harus tahu apa yang bisa disumbangkan untuk dunia.

Indonesia berpendapat, jika ASEAN tetap bisa menampilkan wajah Asia Tenggara yang aman, stabil dan damai, maka hal itu telah merupakan sumbangan bagi keamanan dan perdamaian dunia.

"Jika ASEAN juga terus menunjukkan ekonomi di kawasan ini terus tumbuh, bahkan di kala dunia mengalami krisis, kita bisa mengatasi, itupun akan menjadi sumbangan, bukan hanya bagi pemulihan tapi pembangunan perekonomian global di masa mendatang," kata Kepala Negara.

Keberhasilan ASEAN membangun harmoni di kawasan ini juga bisa menjadi contoh dan sumbangan untuk dunia yang terus mencari jalan agar harmoni antar peradaban bisa tercapai. Presiden mengatakan bahwa kalau itu bisa diwujudkan maka kerja sama ASEAN bisa menjadi model.

"Dengan pendekatan dan pintu masuk yang seperti itu, Indonesia berpendapat arsitektur kawasan yang baru nanti haruslah berangkat dari format dan kerangka kerja sama yang telah kita miliki, misalnya ASEAN, ASEAN +, Asean Regional Forum, APEC, East Asia Summit, sehingga terjadi keberlanjutan, tidak terputus sama sekali dengan apa yang telah kita jalankan, hingga saat ini," kata Presiden.

Arsitektur baru juga harus tetap menjaga sentralitas ASEAN. "Dengan pendekatan itu, para pemimpin ASEAN dalam pertemuan puncak ini kurang lebih memikirkan perluasan format ASEAN+, dari ASEAN+3 misalnya, atau Asean+6 yang sekarang menjadi East Asia Forum, East Asia Summit, itu bisa menjadi ASEAN+8," kata Presiden.

ASEAN, kata Presiden, juga memikirkan untuk menerima Rusia dan Amerika Serikat menjadi bagian dari Asean+8.

"Meskipun kami, para pemimpin berpendapat bahwa untuk ini perlu dibicarakan dulu pada tingkat menteri, sehingga perluasan arsitektur yang melibatkan Rusia dan Amerika Serikat itu tetap sejalan dan segaris dengan pikiran-pikiran dasar ASEAN sendiri," kata Presiden

ASEAN atau Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara beranggotakan sepuluh negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja.
Anda sedang membaca artikel tentang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa Indonesia menolak adanya hegemoni dalam "new regional architecture" (arsitektur regional baru) yang dan anda bisa menemukan artikel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa Indonesia menolak adanya hegemoni dalam "new regional architecture" (arsitektur regional baru) yang ini dengan url http://anandanurhadi.blogspot.com/2010/04/presiden-susilo-bambang-yudhoyono.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa Indonesia menolak adanya hegemoni dalam "new regional architecture" (arsitektur regional baru) yang ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa Indonesia menolak adanya hegemoni dalam "new regional architecture" (arsitektur regional baru) yang sumbernya.
| More

0 comments:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Pengikut

Laman

 

SKY DASHBOARD | Copyright © 2009 - Blogger Template Designed By BLOGGER DASHBOARD