Menangkap Arah PDI-P

Minggu, 28 Maret 2010 ·
Apresiasi positif publik tampak tinggi terhadap sikap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang memosisikan diri sebagai kekuatan oposisi. Posisi ini bukan tidak mungkin akan menjadi modal paling kuat untuk kembali menggaet simpatisan di tengah rendahnya apresiasi publik terhadap partai politik.

Sejumlah survei selama ini cenderung menempatkan parpol kurang mendapat apresiasi positif di mata publik. Dalam jajak pendapat menyambut Kongres III PDI-P pekan depan di Bali, terlihat kecenderungan positifnya apresiasi publik terhadap partai itu.

Apresiasi positif setidaknya diberikan mayoritas publik kepada PDI-P, antara lain, karena kinerjanya dalam mengontrol pemerintah dan dalam menangkap aspirasi yang berkembang di tengah masyarakat. Apresiasi positif semacam ini dilayangkan rata-rata oleh lebih dari separuh responden yang dijaring dalam jajak pendapat kali ini.

Nuansa positif dari persepsi publik seperti ini berbeda dengan persepsi publik dalam survei serupa yang dilakukan menjelang kongres PDI-P lima tahun lalu. Jelang kongres II saat itu, respons publik berkebalikan dari hasil survei kali ini. Saat itu, peran partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu dinilai kian lemah. Lebih dari separuh responden menyatakan, partai tak mampu berperan menyerap aspirasi rakyat.

Bagaimanapun, kiprah wakil rakyat dari Fraksi PDI-P yang tergabung dalam Panitia Khusus DPR tentang Hak Angket Bank Century memberikan pengaruh yang kuat dalam membentuk opini publik terhadap partai itu. Citra PDI-P terdongkrak oleh kiprah kadernya di parlemen yang kukuh menyampaikan pandangan yang berseberangan dengan partai penguasa.

Bersama lima partai lain, yakni Partai Golkar, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Gerakan Indonesia Raya, dan Partai Hati Nurani Rakyat, yang memiliki pandangan sama, PDI-P berhasil menggiring rekomendasi DPR yang menyimpulkan adanya masalah dalam penalangan dana kepada Bank Century. Proses hukum yang juga menjadi bagian dari rekomendasi atas kasus itu akan melibatkan sejumlah pejabat yang berada dalam lingkaran kekuasaan.

Peningkatan popularitas tecermin dari meningkatnya citra positif, baik terhadap partai secara kelembagaan maupun terhadap kepengurusan dan kader partai yang duduk di legislatif. Ini tecermin dari lebih dari separuh responden yang menyampaikan penilaian positif mereka atas eksistensi PDI-P saat ini.

Apresiasi publik juga ditunjukkan dengan penilaian sebagian besar (hampir 70 persen) responden yang menyebutkan, PDI-P sejauh ini konsisten dalam mempertahankan ideologi partai. Hanya 25 persen yang menyatakan sebaliknya. Namun, kritik atas PDI-P juga mengemuka. Sorotan publik terbesar ditujukan pada kaderisasi kepemimpinan dan kualitas pimpinan partai. Hal ini dinilai sebagai hal yang paling melemahkan partai.

Menempatkan PDI-P sebagai partai oposisi tidak hanya memberikan manfaat pada pandangan positif dari sebagian masyarakat, teatpi juga menjadi tantangan bagi daya tawar politik parpol. Sebagai kekuatan terbesar ketiga di DPR, PDI-P menjadi salah satu kekuatan yang patut diperhitungkan. Karena itu, tawaran untuk merapat ke gerbong penguasa bukan mustahil menjadi tawaran yang ”seksi” bagi sebagian elite partai berlambang kepala banteng itu. Buktinya, menjelang kongres, isu soal berkoalisi dengan pemerintah atau tetap di jalur oposisi muncul.

Silang pendapat soal pilihan tersebut tampaknya membelah elite partai menjadi dua pandangan. Kecenderungan untuk tidak menampik koalisi tampak terlihat dari sikap Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDI-P Taufiq Kiemas. Pihak lainnya, kubu ideologis yang berpegang pada hasil Kongres II PDI-P tahun 2005, adalah bertahan pada sikap oposisi dan bersikap kritis terhadap pemerintah.

Dalam sudut pandang publik, sikap PDI-P menjadi harapan mayoritas publik. Bagian terbesar dari 711 responden yang terjaring dalam jajak pendapat ini menyatakan dukungan agar PDI-P tetap sebagai oposisi. Sedikitnya 64,6 persen dari jumlah responden yang mengaku memilih PDI-P pada Pemilu 2009 menyatakan demikian. Sebagian responden dari partai lain, sebanyak 54,7 persen di antaranya juga menyatakan dukungan agar PDI-P tetap menjadi kekuatan penyeimbang bagi pemerintah.

Regenerasi

Salah satu syarat terpenting keberhasilan partai modern, antara lain, adalah sistem regenerasi yang teratur dan pengaderan yang baik. Hal inilah yang menjamin keberlangsungan dan kualitas partai. Sayangnya, regenerasi menjadi persoalan serius yang dihadapi PDI-P. Hingga kini, belum ada tokoh yang dipandang layak menggantikan Megawati.

Kondisi itu menyebabkan langkah Megawati untuk kembali menduduki pucuk pimpinan partai sulit dihadang meski trah Soekarno mulai bermunculan. Putri dan putra Megawati, Puan Maharani dan Prananda Prabowo, belakangan diangkat dalam daftar calon penerus trah politik keluarga itu, tetapi belum cukup kuat untuk menggantikan posisi ibunya.

Harapan terhadap kepemimpinan Megawati cenderung masih tinggi jika melihat respons publik, terutama dari responden pemilih partai itu. Keyakinan bahwa kepemimpinan Megawati masih mampu mendorong kinerja PDI-P menjadi lebih baik di masa mendatang diungkapkan lebih dari 70 persen responden pemilih partai itu.

Harapan terjadinya perubahan figur pemimpin lebih banyak disuarakan responden yang bukan pemilih PDI-P. Jika menoleh lebih jauh, pada perkembangan PDI-P selama satu dasawarsa terakhir, masa depan partai sebenarnya mengkhawatirkan. Pamor partai ini meredup selama dekade terakhir. Cerminan paling jelas tampak dari hasil tiga pemilu terakhir.

PDI-P, yang menjadi pemenang pada Pemilu 1999, perolehan suaranya terus melorot pada pemilu selanjutnya. Pada pemilu pertama pasca-Reformasi, partai ini berhasil merebut 33,7 persen suara di seluruh Indonesia. Pada Pemilu 2004 hanya meraih 18,5 persen suara. Terakhir, perolehan suara PDI-P kembali merosot tinggal 14 persen pada pemilu tahun lalu.

Merosotnya dukungan terhadap partai tersebut terjadi nyaris di semua provinsi. PDI-P hanya mampu meningkatkan perolehan suara di enam dari total 33 provinsi yang ada. Dengan demikian, penguasaan kursi PDI-P di parlemen juga terus melorot. Kini PDI-P menguasai 94 kursi DPR, turun dari 153 kursi (1999) dan 109 kursi (2004).
Anda sedang membaca artikel tentang Menangkap Arah PDI-P dan anda bisa menemukan artikel Menangkap Arah PDI-P ini dengan url http://anandanurhadi.blogspot.com/2010/03/menangkap-arah-pdi-p.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Menangkap Arah PDI-P ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Menangkap Arah PDI-P sumbernya.
| More

0 comments:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Pengikut

Laman

 

SKY DASHBOARD | Copyright © 2009 - Blogger Template Designed By BLOGGER DASHBOARD