Pantauan KoranRakyat.NET dilapangan, rata-rata masyarakat yang ada di pelosok desa belum mengerti teknis pemilihannya. Meski telah mendapat sosialisasi dari beberapa Caleg, mereka masih kebingungan karena banyaknya para caleg.
“Saya masih bingung mas milihnya bagaiman?, katanya boleh dicontreng, boleh dicoblos, sebenarnya yang betul yang mana. Saya kayak pemilihan tahun lalu,” kata salah satu warga kecamatan Ploso, Jombang, Agung kepada KoranRakyat.NET.
Bahkan, lanjut pria yang sehari-harinya sebagai petani ini belum mengetahui pelaksanaan hari pencoblosan. Ia berharap, anggota KPU setempat untuk melakukan sosialisasi kebawah secara langsung. “Saya yakin bukan saya saja yang belum mengerti, tapi teman-teman saya lainnya juga banyak yang belum mengerti. Setidaknya petugas mensosialisasikan kebawah dan jangan diperkotaan saja,” tegasnya.
Direktur Lingkar Study Untuk Keadilan (LINK) Kabupatan Jombang, Aan Anshori, menjelaskan, masih banyak masyarakat Jombang khususnya pedesaan belum mengerti. Jika terus dibiarkan, maka pesta demokrasi tidak akan berjalan maksimal.
“Hasil catatan survey yang kita lakukan sekitar 40 persen masyarakat belum memahami tentang teknis pemilu mendatang. Padahal, jaraknya sudah dekat,” katanya ketika dihubungi via ponselnya.
Aan juga mengatakan, ketidaktahuan pemilih itu disebabkan karena kurang maksimalnya sosialisasi KPU. Dia mengingatkan, agar KPU harus berani membuat kebijakan yang untuk memproses pemilu agar kualitas pesta demokrasi benar-benar berjalan.
“Kalau persoalan alokasi dana yang minim, KPU bisa memenej dengan cara melakukan kerjasama dengan elemen dan tokoh masyarakat,” tegasnya. (Muza Nifira)
0 comments:
Posting Komentar